Pakaian bukanlah sekedar penutup organ- organ tubuh
seperti fungsi pakaian pada umumnya. Namun, pakaian bisa menjadi salah satu perhiasan
bagi pemakainya. Salah satu jenis pakaian yang sudah dikenal orang sejak dulu
adalah rok. Rok, merupakan bawahan pakaian yang identik dengan wanita. Sudah
jelas, siapa lagi yang pantas mengenakan rok selain kaum hawa? Beberapa orang
berpendapat, keanggunan seorang wanita akan lebih tampak ketika ia mengenakan
rok. Namun sayangnya, di era globalisasi ini rok sangat jarang digunakan oleh
wanita baik dalam kehidupan sehari- hari maupun acara formal. Sebenarnya apa
yang terjadi pada wanita saat ini sehingga mereka mulai meninggalkan rok? Dan
faktor apakah yang mendorong mereka untuk lebih memilih celana dari pada rok?
Berdasarkan
survey kecil yang dilakukan oleh penulis di sebuah universitas, wanita yang
datang kuliah dengan memakai rok tidak lebih dari 15%. Fakta ini sudah dianggap
lumrah oleh sebagian orang. Parahnya lagi, ketika datang seorang perempuan
–yang biasanya memakai celana- tiba- tiba berangkat kuliah dengan mengenakan
rok, ia akan menjadi bahan olok- olok teman perempuan lainnya. Meskipun hanya
sebatas gurauan tanpa berniat menjelek- jelekkan si Pemakai rok, namun sikap
ini cukup membuat pemakai rok kecil hati sehingga ia enggan memakainya kembali.
Bahkan
pernah seorang perempuan berkata dengan bangga, “Aku nggak suka pakai rok.
Bahkan aku nggak punya rok satupun, yang kupunya hanya rok seragam waktu
sekolah,” Pernyataan ini –menurut penulis- bukanlah suatu prestasi ataupun
kebanggaan. Tapi ini adalah ironi. Bagaimana tidak, rok yang sesungguhnya
adalah pakaian yang diciptakan khusus untuk wanita dengan maksud untuk
menunjukkan identitas mereka, kini tak lagi dihargai. Mereka lebih senang
memakai celana yang identik dengan kaum adam.
Beberapa
wanita sempat mengutarakan argumen mereka ketika mereka ditanya, mengapa mereka
tidak mau memakai rok? Sebagian besar berpendapat bahwa memakai rok berbanding
lurus dengan ribet. “Kalau pakai rok pasti ribet, mau jalan susah, mau lari
juga susah,” kurang lebih begitu pendapat mereka. Sebenarnya itu hanya alasan
klasik saja. Rok zaman sekarang tidaklah mutlak model span layaknya kain
bawahan kebaya. Banyak rok yang didesain berbentuk lebar sehingga tak membatasi
langkah wanita. Lantas ribet darimana?
Ada pula
yang mengatasnamakan emansipasi untuk alasan meninggalkan rok. hmm.. kalau
dipikir- pikir apa pula hubungan antara emansipasi dengan memakai rok?
mungkinkah dengan memakai rok, peran kita dalam hal emansipasi wanita akan
terganggu??
Faktor
lainnya adalah kemunculan celana yang dibuat untuk wanita. Celana dikenakan
wanita pertama kali pada tahun 1860-an. Model celana saat itu adalah celana Pof
Lady yang merupakan perpaduan antara celana dan rok. Sejak saat itulah celana
mulai marak dikenakan oleh kaum wanita. Apalagi ketika sebagian besar wanita
merasa nyaman dengan adanya celana sebagai pakaian mereka. Rok sedikit demi
sedikit terkikis dari budaya kaum hawa. Sebagian besar wanita hanya memakai rok
jika memang mereka berada pada kondisi dimana rok menjadi kewajiban.
Seorang
perempuan pernah pula berkata, “Kalau pakai rok kelihatan feminim,” atau “Pakai
rok tuh cewek banget,”. Nah lho, makin bingung kan? Rasanya lucu jika perempuan
tak mau tampil feminim, lucu lagi dengan pernyataan kedua yang menyebutkan
istilah “Cewek Banget”. Padahal yang namanya gender tidak pernah menyebutkan
kata banget. Manusia hanya diciptakan dua jenis yakni laki- laki dan perempuan
atau lebih sering disebut cewek dan cowok. Tidak ada istilah cewek banget dan
cowok banget. Lagipula jika istilah cewek banget identik dengan perempuan yang
benar- benar anggun dan feminim, seharusnya kaum hawa bangga dengan hal ini.
Karena, sifat anggun dan feminim merupakan ciri khas seorang wanita. Anggun
bukan berarti seorang wanita lemah dan rapuh. Bahkan berdasarkan definisi
anggun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anggun didefinisikan sosok wanita
yang berwibawa. Jadi, salah besar jika wanita yang anggun identik dengan
kelemahan.
Dalam
suatu forum, kebanyakan wanita merasa berat hati jika mereka diwajibkan memakai
rok. Hampir 75% wanita menolak memakai rok dengan alasan klasik seperti
disebutkan di atas. Alasan- alasan lain yang kurang masuk akal adalah postur
tubuh mereka akan berubah jika memakai rok. Ada yang bilang mereka terlihat
lebih pendek jika mengenakan rok, lain lagi ada yang mengaku terihat tambah
gemuk jika memakai rok. Sekali lagi, ini hanya masalah klasik. Bukanlah alasan
yang cukup masuk akal untuk menolak rok sebagai pakaian wanita. Sebenarnya
beberapa model rok dapat kita cocokkan dengan kondisi tubuh kita. Tips- tips
memilih rok yang sesuai bentuk tubuh sudah beredar di dunia maya.
Jika
memang seorang wanita yang memakai rok akan terlihat aneh, serta tidak menarik,
coba saja kita tanya pada kaum Adam. Dan sebagian besar laki- laki mengatakan
bahwa mereka lebih senang melihat wanita yang memakai rok daripada memakai
celana. Karena bagi mereka wanita akan tampak anggun jika mereka memakai rok. Aura
seorang wanita juga sangat nampak dari pakaian mereka. Bukan bermaksud menarik
perhatian kaum Adam, tapi hal ini harusnya menyadarkan kita bahwa memakai rok
tak akan seseram yang kita bayangkan. Adapun yang mengatakan memakai celana
adalah bagian dari emansipasi wanita, ayolah kita renungkan sejenak. Emansipasi
bukan berarti kita harus menyamakan diri dengan kaum pria. Toh, R.A Kartini
ketika memperjuangkan emansipasi wanita tidak memakai celana. Emansipasi bukan
dilihat dari pakaian, namun dilihat dari kemauan, semangat serta kecerdasan
yang kita miliki. Inilah yang seharusnya kita samakan dengan kaum pria.
Jikalau
rok yang merupakan pakaian khusus untuk kaum wanita tak lagi dipakai oleh
mereka yang dispesialkan, lantas apa beda kita dengan kaum Adam? Ditambah
beberapa wanita yang bangga dengan sebutan tomboy akan berusaha keras mengubah
penampilan mereka menyerupai laki- laki. Mulai dengan mengibarkan bendera
Anti-Rok serta memotong rambut mereka pendek menyerupai laki- laki. Lantas
inikah yang disebut dengan emansipasi? Inikah yang disebut sebagai trend mode?
Wanita
diciptakan spesial. Hal inilah yang membedakan kita dengan laki- laki. Mungkin
ada yang menyanggah dengan mengatakan model celana pria berbeda dengan wanita.
Memang, tapi apakah para wanita menyadari bahwa todak ada rok yang diciptakan
untuk model pria? Inilah spesialnya kita dibandingkan dengan kaum pria. Jadi
tak seharusnya kita tidak malu mengenakan rok, justru kita memiliki kebanggaan
tersendiri.
Selanjutnya
kaum wanita harus mulai berpikir ulang untuk memusnahkan rok dari lemari
pakaian mereka. Mari, tunjukkan pada dunia bahwa keanggunan adalah ciri khas
wanita. Keanggunan bukan berarti kita lemah dan rapuh. Tapi, keanggunan adalah
wujud kewibawaan kita di hadapan kaum adam. Dan pakaian yang mencerminkan keanggunan
kita adalah rok yang hampir kita abaikan.
menanggapi paragraf 4 yang bunyinya: "Rok zaman sekarang tidaklah mutlak model span layaknya kain bawahan kebaya. Banyak rok yang didesain berbentuk lebar sehingga tak membatasi langkah wanita."
BalasHapusseorang blogger malah berpendapat rok yang lebar malah lebih ribet & rawan keserimpet; berikut text aslinya yg sy copas dari sumber http://sintingbuku.blogspot.com/2006/02/bab-bab-jilbab.html
di bagian komentar
Rahmadiyanti R February 2, 2006 at 7:40 PM
Wah, kalo Mbak, semakin lebar rok, semakin bakal sering kesrimpet kedubrak, makanya malah pake yang gak terlalu lebar (model A-line atau I-line--lurus maksudnye hehe). Naek kereta dari spur 6? Tinggal angkat roknye, kan dalemnya pake kulot,