Total Tayangan Halaman

Selasa, 12 Februari 2013

Wanita VS Rok


by: Belliany (farohis '12)
Pakaian bukanlah sekedar penutup organ- organ tubuh seperti fungsi pakaian pada umumnya. Namun, pakaian bisa menjadi salah satu perhiasan bagi pemakainya. Salah satu jenis pakaian yang sudah dikenal orang sejak dulu adalah rok. Rok, merupakan bawahan pakaian yang identik dengan wanita. Sudah jelas, siapa lagi yang pantas mengenakan rok selain kaum hawa? Beberapa orang berpendapat, keanggunan seorang wanita akan lebih tampak ketika ia mengenakan rok. Namun sayangnya, di era globalisasi ini rok sangat jarang digunakan oleh wanita baik dalam kehidupan sehari- hari maupun acara formal. Sebenarnya apa yang terjadi pada wanita saat ini sehingga mereka mulai meninggalkan rok? Dan faktor apakah yang mendorong mereka untuk lebih memilih celana dari pada rok?
            Berdasarkan survey kecil yang dilakukan oleh penulis di sebuah universitas, wanita yang datang kuliah dengan memakai rok tidak lebih dari 15%. Fakta ini sudah dianggap lumrah oleh sebagian orang. Parahnya lagi, ketika datang seorang perempuan –yang biasanya memakai celana- tiba- tiba berangkat kuliah dengan mengenakan rok, ia akan menjadi bahan olok- olok teman perempuan lainnya. Meskipun hanya sebatas gurauan tanpa berniat menjelek- jelekkan si Pemakai rok, namun sikap ini cukup membuat pemakai rok kecil hati sehingga ia enggan memakainya kembali.

            Bahkan pernah seorang perempuan berkata dengan bangga, “Aku nggak suka pakai rok. Bahkan aku nggak punya rok satupun, yang kupunya hanya rok seragam waktu sekolah,” Pernyataan ini –menurut penulis- bukanlah suatu prestasi ataupun kebanggaan. Tapi ini adalah ironi. Bagaimana tidak, rok yang sesungguhnya adalah pakaian yang diciptakan khusus untuk wanita dengan maksud untuk menunjukkan identitas mereka, kini tak lagi dihargai. Mereka lebih senang memakai celana yang identik dengan kaum adam.
            Beberapa wanita sempat mengutarakan argumen mereka ketika mereka ditanya, mengapa mereka tidak mau memakai rok? Sebagian besar berpendapat bahwa memakai rok berbanding lurus dengan ribet. “Kalau pakai rok pasti ribet, mau jalan susah, mau lari juga susah,” kurang lebih begitu pendapat mereka. Sebenarnya itu hanya alasan klasik saja. Rok zaman sekarang tidaklah mutlak model span layaknya kain bawahan kebaya. Banyak rok yang didesain berbentuk lebar sehingga tak membatasi langkah wanita. Lantas ribet darimana?
            Ada pula yang mengatasnamakan emansipasi untuk alasan meninggalkan rok. hmm.. kalau dipikir- pikir apa pula hubungan antara emansipasi dengan memakai rok? mungkinkah dengan memakai rok, peran kita dalam hal emansipasi wanita akan terganggu??
            Faktor lainnya adalah kemunculan celana yang dibuat untuk wanita. Celana dikenakan wanita pertama kali pada tahun 1860-an. Model celana saat itu adalah celana Pof Lady yang merupakan perpaduan antara celana dan rok. Sejak saat itulah celana mulai marak dikenakan oleh kaum wanita. Apalagi ketika sebagian besar wanita merasa nyaman dengan adanya celana sebagai pakaian mereka. Rok sedikit demi sedikit terkikis dari budaya kaum hawa. Sebagian besar wanita hanya memakai rok jika memang mereka berada pada kondisi dimana rok menjadi kewajiban.
            Seorang perempuan pernah pula berkata, “Kalau pakai rok kelihatan feminim,” atau “Pakai rok tuh cewek banget,”. Nah lho, makin bingung kan? Rasanya lucu jika perempuan tak mau tampil feminim, lucu lagi dengan pernyataan kedua yang menyebutkan istilah “Cewek Banget”. Padahal yang namanya gender tidak pernah menyebutkan kata banget. Manusia hanya diciptakan dua jenis yakni laki- laki dan perempuan atau lebih sering disebut cewek dan cowok. Tidak ada istilah cewek banget dan cowok banget. Lagipula jika istilah cewek banget identik dengan perempuan yang benar- benar anggun dan feminim, seharusnya kaum hawa bangga dengan hal ini. Karena, sifat anggun dan feminim merupakan ciri khas seorang wanita. Anggun bukan berarti seorang wanita lemah dan rapuh. Bahkan berdasarkan definisi anggun menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, anggun didefinisikan sosok wanita yang berwibawa. Jadi, salah besar jika wanita yang anggun identik dengan kelemahan.
            Dalam suatu forum, kebanyakan wanita merasa berat hati jika mereka diwajibkan memakai rok. Hampir 75% wanita menolak memakai rok dengan alasan klasik seperti disebutkan di atas. Alasan- alasan lain yang kurang masuk akal adalah postur tubuh mereka akan berubah jika memakai rok. Ada yang bilang mereka terlihat lebih pendek jika mengenakan rok, lain lagi ada yang mengaku terihat tambah gemuk jika memakai rok. Sekali lagi, ini hanya masalah klasik. Bukanlah alasan yang cukup masuk akal untuk menolak rok sebagai pakaian wanita. Sebenarnya beberapa model rok dapat kita cocokkan dengan kondisi tubuh kita. Tips- tips memilih rok yang sesuai bentuk tubuh sudah beredar di dunia maya.
            Jika memang seorang wanita yang memakai rok akan terlihat aneh, serta tidak menarik, coba saja kita tanya pada kaum Adam. Dan sebagian besar laki- laki mengatakan bahwa mereka lebih senang melihat wanita yang memakai rok daripada memakai celana. Karena bagi mereka wanita akan tampak anggun jika mereka memakai rok. Aura seorang wanita juga sangat nampak dari pakaian mereka. Bukan bermaksud menarik perhatian kaum Adam, tapi hal ini harusnya menyadarkan kita bahwa memakai rok tak akan seseram yang kita bayangkan. Adapun yang mengatakan memakai celana adalah bagian dari emansipasi wanita, ayolah kita renungkan sejenak. Emansipasi bukan berarti kita harus menyamakan diri dengan kaum pria. Toh, R.A Kartini ketika memperjuangkan emansipasi wanita tidak memakai celana. Emansipasi bukan dilihat dari pakaian, namun dilihat dari kemauan, semangat serta kecerdasan yang kita miliki. Inilah yang seharusnya kita samakan dengan kaum pria.
            Jikalau rok yang merupakan pakaian khusus untuk kaum wanita tak lagi dipakai oleh mereka yang dispesialkan, lantas apa beda kita dengan kaum Adam? Ditambah beberapa wanita yang bangga dengan sebutan tomboy akan berusaha keras mengubah penampilan mereka menyerupai laki- laki. Mulai dengan mengibarkan bendera Anti-Rok serta memotong rambut mereka pendek menyerupai laki- laki. Lantas inikah yang disebut dengan emansipasi? Inikah yang disebut sebagai trend mode?
            Wanita diciptakan spesial. Hal inilah yang membedakan kita dengan laki- laki. Mungkin ada yang menyanggah dengan mengatakan model celana pria berbeda dengan wanita. Memang, tapi apakah para wanita menyadari bahwa todak ada rok yang diciptakan untuk model pria? Inilah spesialnya kita dibandingkan dengan kaum pria. Jadi tak seharusnya kita tidak malu mengenakan rok, justru kita memiliki kebanggaan tersendiri.
            Selanjutnya kaum wanita harus mulai berpikir ulang untuk memusnahkan rok dari lemari pakaian mereka. Mari, tunjukkan pada dunia bahwa keanggunan adalah ciri khas wanita. Keanggunan bukan berarti kita lemah dan rapuh. Tapi, keanggunan adalah wujud kewibawaan kita di hadapan kaum adam. Dan pakaian yang mencerminkan keanggunan kita adalah rok yang hampir kita abaikan.

1 komentar:

  1. menanggapi paragraf 4 yang bunyinya: "Rok zaman sekarang tidaklah mutlak model span layaknya kain bawahan kebaya. Banyak rok yang didesain berbentuk lebar sehingga tak membatasi langkah wanita."
    seorang blogger malah berpendapat rok yang lebar malah lebih ribet & rawan keserimpet; berikut text aslinya yg sy copas dari sumber http://sintingbuku.blogspot.com/2006/02/bab-bab-jilbab.html
    di bagian komentar
    Rahmadiyanti R February 2, 2006 at 7:40 PM

    Wah, kalo Mbak, semakin lebar rok, semakin bakal sering kesrimpet kedubrak, makanya malah pake yang gak terlalu lebar (model A-line atau I-line--lurus maksudnye hehe). Naek kereta dari spur 6? Tinggal angkat roknye, kan dalemnya pake kulot,

    BalasHapus