Total Tayangan Halaman

Jumat, 08 Maret 2013

Mukmin Musiman

by: Sigit(farohis '12)

Pernah liat pedagang musiman? Saat musim rambutan dia jualan rambutan. Saat bulan puasa ganti jualan kurma. Saat musimnya lebaran ganti lagi jadi penjual petasan. Jadi mirip bunglon ya? bisa berganti-ganti profesi sesuai tuntutan zaman :D

Memang mungkin bisa dapat keuntungan cukup banyak. Namun bagi orang China (yang katanya mahir dagang) bisnis seperti ini tidak akan berkembang. Lebih baik bisnis kecil-kecilan tapi konsisten ketimbang harus berganti-ganti seperti pedagang musiman. Kenapa? Karena bisnis yang kecil masih memungkinkan untuk terus berkembang menjadi besar (naik level), sedangkan bisnis musiman bagaimana hendak berkembang bila tiap waktu ganti ‘muka’, otomatis tak punya ‘produk’ yang akan menjadi keunggulannya.

Yang kita bicarakan disini tak jauh berbeda dengan pembahasan pedagang musiman seperti di atas. Tak hanya pedagang, fenomena mukmin musiman pun akhir-akhir ini sering kita temui di kehidupan sekitar kita. Banyak yang sering bermuka dua ketika hidup di masyarakat. Kadang menampilkan sosok agamisnya, namun di lain kesempatan justru berbalik menyerangnya, yah sesuai tuntutan zaman seperti si pedagang musiman.

Walhasil, tak jarang kita temukan ketika bulan Ramadhan banyak artis yang turut berpenampilan islami, sampai-sampai membuatkan lagu religi. Namun di bulan-bulan lain kembali membuat lagu-lagu yang justru bertentangan dengan nilai-nilai islami, seakan-akan lagu religi sekedar sebagai dagangan musiman baginya. Tak jarang kita lihat aktivis muslim di parpol tertentu ketika datang hari raya idul fitri berbondong-bondong mengucapkan selamat, namun anehnya ketika datang hari raya agama lain pun dengan entengnya memberikan ucapan ‘selamat’ dengan dalih toleransi.

Tak jarang pula kita temukan pemuda yang menjalankan sholat lima waktu (masih mending menjalankan), namun ternyata berbuat curang saat ujian (mencontek, dll). Terkadang pula kita temukan akhwat yang sudah berjilbab namun masih saja ‘doyan’ pacaran. Bagi orang-orang liberal fenomena-fenomena seperti ini justru dijadikan amunisi untuk menyerang dan menjelekkan syariat Allah. Tidak benar pula, ketika yang salah manusianya namun yang disalah-salahkan malah syariatNya.

Allah telah menetapkan syariat sebaik-baiknya, namun kitanya saja yang masih belum memahaminya. Untuk itu penting sekali untuk menjalankan ayat yang satu ini  “Masuklah kedalam Islam secara menyeluruh” (Al Baqarah 208)

Ya, secara menyeluruh. Tidak setengah-setengah, tidak berubah-ubah. Seorang muslim harus teguh pada pendiriannya, harus teguh pada prinsip yang telah diimaninya. Seberat apapun resikonya, harus  tetap konsisten pada jalan kebenaran. Budaya sekulerisme, yakni pemisahan masalah agama dan dunia bukanlah dari islam dan tidak pernah sesuai dengan nilai-nilai islam yang luhur.

Jadi muslim tidak hanya ketika di masjid saja. Ketika jadi seorang pedagang ia tetaplah seorang muslim yang harus berdagang sesuai aturanNya. Ketika menjadi guru ia pun tetap menunjukkan identitas kemuslimannya. Pun ketika menjadi pejabat juga harus tetap jadi seorang muslim yang terus berusaha menerapkan setiap syariatNya. “Isyhaduu bianna muslimun”(persaksikanlah bahwa saya seorang muslim).

Masih ingat dengan kisah Bilal yang tetap teguh mengucap “Ahad, ahad, ahad” disaat ditimpa dengan batu dan diajak untuk mengkufuri agama Allah? Ingat ketika Nabi ditawari kafir quraisy untuk menghentikan dakwahnya lalu ditolak dengan tegas, walau diletakkan matahari di tangan kanan dan rembulan di tangan kirinya niscaya ia tidak akan menghentikan dakwahnya! Setinggi apapun jabatannya tetap bila dalam sholat berjamaah ia harus mengikuti imamnya. Sebesar apapun popularitasnya tetap ia punya kewajiban berbakti pada kedua orangtuanya.

Bagi seorang muslim sejati, agama ini, keimanan ini, lebih berharga dari apapun. Bahkan lebih berharga dari harta dan jiwanya sendiri. Hingga tidak sepantasnya ia menukar ketaatan padaNya dengan segala kenikmatan dunia. Semoga kita semua dijaga untuk tetap istiqamah dalam ketaatan padaNya. Aamiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar