by: Heni (farohis '12)
Teman-teman pernah merasakan iman kita dalam keadaan sebaik-baiknya, berada dalam level tertinggi, ingat kehidupan akhirat, ingat akan dosa-dosa kita, takut akan siksa-Nya atau malah sangat turun drastis??? Terlena dengan kebahagiaan sesaat, berfoya-foya, bersombong atas diri sendiri, memanfaatkan waktu dengan kegiatan yang tidak bermanfaat, merasa seakan-akan kita akan hidup selamanya di dunia???
Hmm, itulah manusia. Kadang ada saatnya ingat, terkadang ada saatnya lupa. Mungkin ketika ada masalah, kita merasa lemah, tidak berdaya dan menginginkan tempat bersandar yaitu Allah SWT. Namun ada kalanya juga ketika hidup kita sudah berjalan normal, rezeki sudah berlebih, kebahagiaan sudah kita nikmati, cita-cita telah tercapai tapi ternyata kita justru lupa dengan Sang Pemberi. Kita malah berfoya-foya, menghambur-hamburkan uang, menghabiskan waktu dengan kegiatan yang tidak bermanfaat, lupa tidak bersyukur bahkan terkadang kita terlena akan aktifitas kita sehingga meninggalkan kewajiban dan ibadah kita. Astagfirullah.
Menurut artikel yang pernah aku baca, pengaruh naik turunya iman kita banyak sekali. Ada pengaruh dari dalam diri kita sendiri, ada juga pengaruh dari luar, seperti lingkungan tempat tinggal, teman bergaul dll.
Pertama pengaruh dari dalam diri kita sendiri, misalnya ketika kita mengikuti pengajian-pengajian, kegiatan yang di dalamnya terdapat acara renungan (mungkin ini sudah sering kita alami baik dalam kegiatan-kegiatan di SMA dulu, maupun kegiatan di kampus teman-teman saat ini) saat kita hanyut dalam kekhusyukan beribadah, ingat mati, ingat akan dosa-dosa yang selama ini telah di lakukan maka yang kita rasakan adalah selalu ingat pada-Nya.
Sebaliknya kita akan lupa saat keinginan kita, do’a dan harapan kita telah dikabulkan-Nya, rezeki yang cukup, maka kita terlena dan lupa akan kewajiban-kewajiban kita kepada-Nya. Disitulah saat kondisi iman kita naik turun yang pengaruhnya dari dalam diri kita sendiri.
Yang kedua, pengaruh dari luar. Misalnya, saat kita mendengarkan ceramah, membaca buku-buku islami, melihat bencana alam di sekitar kita maka iman kita pun tumbuh seiring tergugahnya jiwa rohani kita. Sebaliknya, ketika teman-teman kita mengajak bersenang-senang, larut dalam kebersamaan melaksanakn hobi, membicarakan keburukan-keburukan orang lain maka setan akan dengan mudahnya membisikan ajakan-ajakan untuk meninggalkan kewajiban dan mengacuhkan larangan-Nya. Disinilah pengaruh dari luar berperan.
Nah, apakah kita temasuk orang yang masih sering merasa ”LABIL” ???
Iman kita masih sering naik turun??
Semua jawaban ada pada diri teman-teman sendiri.
Lalu, bagaimana CARA agar keimanan kita tersebut tidak terlalu sering turun??
Lagi-lagi menurut artikel yang aku baca (Maklum, masih membutuhkan banyak referensi untuk menjadikan tulisan ini bermanfaat :D). Masih banyak lagi tentunya cara-cara yang bisa kita lakukan untuk menyikapi keadaan LABIL ini (teman-teman bisa searching sendiri..hehehe)
Maka jawabanya adalah STABILKAN tingkat iman kita pada tingkat yang mendekati tinggi, upayakan tingkat iman terendah kita pada posisi pertengahan, dan selebihnya raihlah tingkat iman tertinggi kita dengan selalu bercermin pada orang-orang sholeh disekitar kita.
”Iman itu kadang naik kadang turun, maka perbaharuilah iman kalian dengan la ilaha illallah”(HR.Ibnu Ibban)
Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung karena kesabaranya berjuang menjaga iman dan mempertahankan iman. AmiinKeep Istiqomah KAWAN. :)