by: Sigit
Kehadiran bulan
Ramadhan merupakan anugerah besar yang telah Allah berikan kepada umat manusia.
Inilah bulan diturunkannya Qur’an, dilipatgandakannya pahala, dibukanya
lebar-lebar pintu taubat, serta dibukanya pintu surga. Inilah kesempatan yang
tepat untuk benar-benar bertaubat, inilah momen yang tepat untuk semakin
mendekat kepada-Nya. Inilah bulan tarbiyah, dimana kita di’gembleng’ sebulan
penuh untuk mengoptimalkan amal shalih dan menjauhi segala perbuatan yang tidak
bermanfaat lebih-lebih maksiat. Banyak hal yang dapat kita ambil pelajaran dari
kehadiran bulan Ramadhan ini.
Di bulan inilah kita
dilatih untuk sabar. Mulai dari sabar menahan makan, minum dan segala perkara
yang membatalkan dari terbitnya fajar sampai terbenam matahari. Sabar untuk
menjauhi segala hal yang bisa mengurangi pahala puasa. Sabar dalam memperbanyak
amal-amal shalih, seperti memperbanyak tadarrus, sholat malam (tarawih), dan
ibadah-ibadah lain yang pada umumnya tidak kita lakukan di bulan-bulan selain
Ramadhan.
Semua orang yang
beriman pasti diuji kesabarannya, tak terkecuali para Nabi dan Rosul, justru
mereka yang paling berat ujiannya dan paling besar kesabarannya. Kualitas
keimanan seseorang dapat dilihat sejauh mana ia mampu bersabar ketika diuji.
Sedangkan sabar sendiri dibagi tiga, sabar dalam menjalankan ketaatan, sabar
dalam menjauhi maksiat dan sabar ketika ditimpa musibah. Tentu bila
dibandingkan ujian para Nabi, perintah puasa sebulan penuh ini tidak ada
apa-apanya, kesabaran yang dilakukan pun masih jauh dari kesabaran mereka dalam
mengemban risalah.
Setidaknya ini
memberikan gambaran, bahwa memang seorang muslim yang ingin mulia di akhiratnya
harus mampu bersabar dalam segala hal di dunianya. Dunia ini bukan tujuan
akhir, inilah sarana kita untuk menanam, beramal shalih, berjihad di jalan-Nya
dan mencari keridhoan-Nya. Bagi seorang muslim lelah sebentar di dunia tidak
menjadi masalah karena di akhirat nanti disempurnakan balasan atas segala amal
shalihnya, lebih baik sabar sekarang daripada menyesal esok hari. Hanya dengan
bersabar menempuh jalan-Nya inilah kita mampu meraih kebahagiaan sempurna di
akhirat nanti.
Selain sabar kita juga
belajar ikhlas di bulan ini. Karena di bulan inilah sebulan penuh kita puasa,
sedang puasa itu sendiri tidak ada yang tahu kecuali kita dan Allah. Bahkan
Allah sendiri yang menilai dan memberi pahala atas puasa kita. Bila kita mau
mungkin kita bisa diam-diam membatalkan saat orang lain tak melihat. Namun
nyatanya kita tetap bertahan meski tidak ada yang melihat karena memang puasa
kita bukan sesuatu yang hendak dipamer-pamerkan melainkan hanya untuk Allah
semata.
Di sinilah kita belajar
muraqabah, merasa selalu diawasi oleh-Nya. Meskipun tidak ada yang melihat kita
tetap menjaga puasa kita karena tahu Allah sendiri yang mengawasi kita dan akan
menilai puasa kita. Di sinilah kita belajar ihsan, yakni engkau beribadah
kepada Allah seakan-akan melihat-Nya, bila tidak mampu melihat-Nya maka
sesungguhnya Dia(Allah) melihat kita.
Perasaan merasa selalu
diawasi inilah yang begitu penting untuk dimiliki setiap insan. Karena
dengannya lah kita akan tetap teguh berbuat benar meski tidak ada orang yang
melihat. Dengannya lah kita tetap jujur dan tidak mencontek saat ujian meski
tidak ada petugas yang melihat. Dengannya kita tetap jujur dan tidak korupsi
ketika diberikan suatu amanah yang berkaitan dengan dana. Dengannya seorang
pedagang tidak mengurangi timbangannya untuk mencari keuntungan secara curang.
Semuanya tetap berbuat adil meski tidak ada yang melihat karena tahu sebenarnya
Allah senantiasa melihat amal-amal kita.
Selain itu kita juga
belajar untuk lebih peka di bulan Ramadhan ini. Dengan langsung merasakan
laparnya hari-hari puasa kita harusnya sadar, betapa tidak mudahnya apa yang
dirasakan mereka yang kekurangan. Kita berpuasa dari fajar hingga maghrib, lalu
setelahnya bisa berbuka dengan makanan yang enak-enak? Namun bagaimana dengan
kondisi mereka?
Mereka lapar karena
memang tak ada yang bisa dimakan, pun kalau sudah bisa makan hanya makanan
seadanya yang bisa mengganjal perutnya. Kita puasa hanya sebulan ini, sedang
mereka berpuasa di bulan-bulan lainnya karena memang tak punya sesuatu untuk
dimakan. Kita puasa justru menghamburkan banyak uang untuk sekedar berbuka,
namun mereka di sana justru tidak terpikirkan. Sungguh puasa kita ini tidak ada
apa-apanya dibandingkan penderitaan mereka di bulan-bulan lain.
Maka dari itulah
setelah puasa disyariatkan zakat, supaya kita sadar dalam harta kita ada hak
mereka yang membutuhkan. Di luar sana ada orang-orang yang masih membutuhkan
uluran tangan kita. Harusnya kita mampu disadarkan dengan puasa ini, namun bila
sampai akhir tidak sadar itu berarti kita masih kurang peka, kurang mampu
menangkap hikmah-hikmah dibalik syariat puasa Ramadhan ini. Di sinilah kita
diingatkan untuk lebih peka, membantu dan menyantuni yang kekurangan, bukannya
menumpuk harta yang telah Allah berikan.
Begitu banyak pelajaran
yang bisa diambil dari Ramadhan. Kita banyak berlatih di bulan ini, maka
alangkah ruginya orang yang sudah dilatih namun masih belum mampu berubah.
Alangkah ruginya yang tidak mampu mengambil pelajaran dan tidak mampu berubah
setelah dididik di bulan Ramadhan. Semoga kita termasuk yang mampu mengambil
pelajaran dan berubah lebih baik lagi pada hari-hari setelah Ramadhan. Keep istiqomah!
Wallohua’lam bisshowwab
Wallohua’lam bisshowwab
Tidak ada komentar:
Posting Komentar