by: Sigit (farohis '12)
Menulis merupakan suatu kegiatan
yang sudah tidak bisa dipisahkan lagi dari peradaban umat manusia. Kehadirannya
tak pelak menjadi suatu tolak ukur bagi kemajuan peradaban. Betapa tidak,
dengan tulisan sejarah dapat direkam, dengan tulisan pengetahuan dapat
disimpan, pesan dapat disampaikan, ide dapat disebar luaskan, dan masih banyak
lagi.
Ingat dengan R.A. Kartini? Apa
yang membuatnya begitu dikenal hingga kelahirannya diperingati sebagai hari
Nasional? Setuju atau tidak, sedikit banyak beliau mulai dikenal dunia luas
setelah menuliskan “Habis Gelap Terbitlah Terang”. Dan luar biasanya idenya
yang dituangkan dalam tulisan cepat sekali menyebar dan merubah paradigma
masyarakat luas. Masih ingat dengan Karl Marx dan Adolf Hitler? Melalui
tulisannya mereka mengubah sebagian dunia dan menimbulkan satu polemik yang
mengguncang dunia (komunis dan naziisme). Sering sekali kita jumpai revolusi
besar dari suatu masyarakat yang berawal dari munculnya tulisan/buku daru tokoh-tokoh
di zamannya.
Sebenarnya dalam peradaban Islam
pun budaya tulis-menulis telah mendarah daging dan berperan besar dalam
memajukan peradaban umat. Ya, meskipun Rasulullah SAW sendiri ummiy(tidak dapat membaca dan menulis)
namun bukan berarti islam menolak tulisan,
keummiyan Rasulullah SAW
justru menjadi bukti kebenaran wahyu. Di antara sahabat-sahabat Rasulullah
sendiri banyak yang menjadi penulis ulung yang berperan besar merekam kehidupan
umat Islam di masa Rasulullah dan para shahabatnya.
Bila kita lihat di dalam sejarah periwayatan
hadist misalnya, kita akan tercengang dengan kelengkapan dan validitas
hadist-hadist yang dituliskan para ahli hadist. Bagaimana mungkin kehidupan
seseorang bisa terekam sebegitu detailnya dengan tingkat keshahihan yang bisa dipertanggungjawabkan!? Satu ulama ahli hadist
bisa mengumpulkan ratusan ribu hingga jutaan hadist!! Kemudian bila kita
melihat di era Imam Madzhab, peran tulisan sangat mempengaruhi kebesaran dan
kelestarian madzhab.
Seperti kita ketahui, sebenarnya
madzhab di zaman itu tidak hanya ada empat. Namun yang membuat keempat madzhab
besar bertahan adalah karena banyak murid-muridnya yang menuliskan kembali pemikiran-pemikiran
sang Imam, dan ini diwariskan terus menerus hingga sekarang masih mampu
bertahan. Imam syafi’i berkata “Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah
ikatannya, ikatlah buruanmu dengan tali yang kuat. Termasuk kebodohan bila
engkau memburu kijang, setelah itu kamu tinggalkan terlepas begitu saja.”(Diwan
asy-Syafi’i)
Di zaman itu banyak ulama-ulama
yang menuliskan kitab yang tingkat keshahihannya
tidak diragukan lagi dan muatannya pun berkualitas tinggi. Bahkan dikisahkan
ketika itu, khalifah mengganti kitab-kitab yang mereka buat dengan emas seberat kitab karangan mereka. Kitab-kitab
tersebut kini masih dipelajari di pondok-pondok pesantren klasik. Inilah satu
keajaiban lagi dari tulisan, dengan tulisan ilmu yang sudah beratus-ratus tahun
masih bisa diwariskan, bahkan dengan pemahaman yang nyaris sama.
Bila ilmu hanya disampaikan dari
lisan ke lisan mungkin akan terjadi perbedaan yang besar. Sedangkan tulisan itu
tetap, dari tahun ke tahun pun tidak akan berubah (kecuali ada yang merubah)
sehingga ilmu akan lebih mudah dan mampu disimpan dengan baik. Satu kelebihan
lagi, tulisan mampu menyebar ke segenap penjuru, dapat dibaca kapan pun ia mau,
dapat diulang-ulang dan ditelaah lagi di waktu yang lain.
Dengan kitab Ihya’nya(Imam Ghazali) , muncullah tokoh seperti Shalahuddin al
Ayyubi yang membawakan kemenangan umat Islam dan mengembalikan Al-Quds ke
tangan umat muslim dalam Perang Salib. Dengan tulisan, orang-orang seperti
Yusuf Mansur, Salim A. Fillah, Ippho Right, Andrea Hirata mulai dikenal
masyarakat luas dan banyak merubah paradigma mereka. Tak salah bila dikatakan
“Pena lebih tajam dari mata pedang”. Dengan tulisan, seseorang mampu
menaklukkan dunia,mengubah dan menguasai pemikiran masyarakatnya. Dahsyat!
Jadi mengapa tidak mulai menulis??
Ada yang beralasan “nulis bukan hobi saya!”
Hey, sejak kapan ente jauh dari
tulis-menulis? Saat kuliah, dapat materi dari dosen kita tulis! Membuat laporan
praktikum juga ‘harus’ nulis! Pengen ikut PKM juga ‘kudu’ nulis! Pengen lulus,
bikin skripsi pun harus nulis! Nggak perlu jauh-jauh deh, ente buat status di
fb pun sudah termasuk nulis! Jadi sejak kapan nggak bisa nulis???
Menulis bisa dikatakan ketrampilan
dasar yang harus dimiliki oleh setiap individu, apalagi di zaman yang informasi
cepat sekali tersebar ini. Mereka yang menguasai tulis-menulis akan menguasai
opini masyarakat. Ingat dengan trending topik twitter? Dengan menulis sedikit
saja dan membuat hashtag, seorang bisa menyalurkan idenya ke segenap penjuru
dunia. Dahsyat!
Sudah selayaknya setiap individu
melatih kemampuan menulisnya. Banyak-banyak membaca merupakan satu cara untuk
meningkatkan kualitas tulisan. Bila sering membaca, otomatis referensi akan
semakin luas, dan pilihan kata pun semakin beragam. Hampir kebanyakan mereka
yang pandai menulis, di sisi lain juga merupakan pembaca yang gigih. Hal ini bisa
dilihat dalam penerbitan buku, dalam satu buku sering kita jumpai di daftar
pustaka terdapat banyak buku yang dijadikan referensi.
Jadi, banyak-banyaklah membaca dan
tetap dilatih menulisnya..
Yuk belajar nulis!!! ^^